Kemarin, puasa hari ke 12 tahun 1430 H, ada hal beda dari biasanya buatku, biasanya aku buka puasa sendirian di mes kantor tapi kemarin bubar (buka bareng) teman-teman kantor. Sebenarnya mereka yang hadir adalah teman-teman dari divisi Pembiayan sedang aku sudah di mutasi ke divisi lain sejak Maret 2009 yang lalu, tetapi karena aku akrab dengan mereka semua, aku ikut acara bubar kemarin, ketika mereka mencandaiku dengan mengatakan “Eh! Anak mana kamu?” aku menjawabnya “aku kan alumni divisi pembiayaan” tentu hal ini hanya supaya suasana lebih hidup, dan aku tidak merasa bukan bagian mereka walau dari divisiku aku hanya seorang diri.
Bubar kemarin lumayan ramai, membuatku sejenak melupakan rumah, biasanya menjelang buka jiwaku pulang ke rumah separuh, menengok masakan ibu dalam khayalan dan membaui aroma kolak kesukaan Bapak dalam ingatan, karena bagi Bapakku sebulan penuh puasa dengan menu pembuka kolak setiap hari tak mengapa, tak akan ada kata bosan, dan setiap hari ia akan bertanya
”buat kolak nggak hari iri?”
“hmmmm aku saja yang buat bosan, Pak. Kok sampeyan yang makan tak bosan” begitu biasanya ibuku menanggapi.
Tiba-tiba senyum mengembang di bibir, “kunjungan” sore ke rumah berakhir dan aku mendapati diriku sedang menunggu buka dengan secangkir teh manis hangat tanpa kolak, apalagi Bapak dan Ibu, tetapi kemarin aku tidak “pulang” aku tersulap riuh dan ramainya mereka. Dengan menu pembuka Es cendol, bakwan goreng, kue bolu, dan tentu tak ketinggalan kurma, tapi untuk buka aku lebih memilih teh manis hangat ketimbang es. Setelah sholat magrib barulah buka yang sesungguhnya, kali ini menunya, ayam bakar, sayur sup, sambal dan tidak lupa lalapan tentu saja
Alhamdulillah, saya kira itu yang ada di setiap hati kami kemarin, seusai menyantap hidangan yang di sajikan temanku di rumah kakaknya yang penuh piala, aku tak dapat menghitung karena setiap sudut ada piala, aku kira jumlahnya ratusan puncaknya tentu kemenangan Chintia Jaya Malini (15) meraih juara umun pada ajang Global Art Internasional Competition yang diselenggarakan di Guangzhou, China, 30 November 2008 lalu.Ini ada cerita lain dari bubar kemarin tapi justru ini hal mengesankan yang membuat mataku terbuka lebih lebar lagi untuk melihat kesungguhan dalam berusaha dan mencapai sesuatu yang kita inginkan. Luar biasa tentu saja, aku angkat topi untuk bakat dan prestasi Chintia, teruslah berkarya, dunia menanti ide-idemu dalam sebuah kanvas.
Back to Bubar; Ada hal yang selalu membuatku agak sedikit malu, tapi bukan hal yang buruk ku kira, aku menyebutnya rezeki anak kost, karena setiap ada event makan-makan dengan teman kantor biasanya aku mendapat recommended untuk bungkus, katanya kasian anak kost. Jika boleh aku meminjam slogan Mbah Surip : Thankyou Pull kawan. Akhirnya menjelang adzan Isya kami berpamitan pulang. setibanya di Mes aku mencari “rezeki anak kost” ku, tapi tak ada. Aku terseyum getir, hmmm pasti ketinggalan di ruang tamu di rumah temanku tadi saat aku asyik melihat berbagai lukisan dan foto-foto Chintia, tetapi aku tidak akan merubah kata : Thankyou Pull Kawan for every thing….
•2:21 AM
This entry was posted on 2:21 AM and is filed under
Unforgetable Moment
. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
3 comments:
duh... kasian...
sabar ya, mbak... hehe
dapet gambar darimana? bagus
@ M lia: ga pa2..., btw kasian yang mana Nie? "rezeki anak kost" ku ketinggalan atau seringnya aku buka ndrian??? tapi aku tak butuh di kasih-hani, maunya di kasih uang??! >_<
@m lILI: O... O.., Om Goole punya gambar yang bagus2, tergantung Key word kita.... *_*