Author: ira
•2:43 AM

Ra, nnti klw ksni tlong bliin Pswat tlp,yg mrh,tmbolny bsar2,dibwah 100rb untuk nenek, begitu sms yang kuterima, kubaca sekilas dan tidak ku jawab, karena kerjaan banyak, lagi kejar date line laporan keuangan, tapi aku berniat mengabulkan sms itu.

Aku ke luar kantor sudah lewat jam 5 sore. Aku cari di mall tempatku kerja tapi ga ada yang warna merah. Ku putuskan untuk mencari di mall di karang. , “Kenapa mesti warna merah, ah mungkin karena orang tua, pikirku. Dalam batin aku berharap, jangan kalau aku tua nanti minta apa-apa warna hijau, karena kebetulan aku suka warna itu.
Di Ramayana pun aku tak menemukan pesawat telepon warna merah yang tombolnya besar-besar

Hari mulai gelap took-toko sudah tutup. Pencarian aku lanjutkan ke Matahari, dari kejauhan aku sudah melihat ada yang aku cari, akhirnya ketemu juga. Ketika kulihat deratan angka Rp.150.000, tersenyum manis kepadaku, aku langsung ingin menawar harga itu, Emang Bambu Kuning (Pasar Tradisional Di Tanjung Karang) kalau di sana harga segitu asal pinter-pinter nawar bisalah dapet Rp 60.000,
Kuurungkan membeli bukan hanya karena harganya mahal, tapi tombolnya juga tidak sesuai permintaan.

Magrib tiba, aku berhenti sholat sebelum aku putuskan mencari ke tujuan akhir, Toko buku Gramedia. Cukup jauh Matahari ke Gramedia. Tiba di pintu masuk aku langsung tanya penjaga toko di mana etalase pesawat telepon. Baru aku menuju kesana, Ponselku berdering, Nenek nelpon
“Iya Nek, jawabku
“Ira di mana, udah malem kok belum nyampe? Tanya nenek
“Ini masih di Gramedia, telepon warna merahnya belum dapet. Aku menjelaskan
“Ira Sayang, Bukan Merah tapi Murah” kata nenek dari seberang
“???????, Iya Nek,iya….

Ah Bodohnya Aku!

Selengkapnya..
Author: ira
•6:54 PM

Ini Budaya orang ngegosip,semacam tata karma, entah hanya di Indonesia atau di seluruh dunia,“Jangan bilang siapa-siapa ya, cuma kamu yang tau” orang pertama bilang begitu ke orang kedua, orang kedua ke orang ketiga Dst, Pada akhirnya satu ERTE tau semua… Rahasia umum jadinya.

Kalau berita gembira Sih enak juga, tapi kalau itu tentang kekurangan seseorang gimana?
Aku pernah ngalamin, waktu itu aku bilang ke satu orang temen kost, kalau laporan akhir ku ini nanti langsung ACC Dosen PA kamu saya traktir deh. Makanya Do’ain pintaku

Eh Bener, hari itu Laporanku di Acc, Alhamdulillah……… tapi berita kalau aku mau taktir temenku yang udah do’ain itu tersebar seantero kost-kostan, ga enak kan kalau aku Cuma traktir dia aja karena banyak orang yang telah punya andil menyelesaikan laporanku itu, coba gimana bagusnya…

Aku bingung, akhirnya jiwa melankolisku keluar dan aku buat puisi
Curhatku

Aku bercerita pada angin berhembus
Tentang dukaku
Kupejam mata menikmati semilirnya
Lega………….
Tak lupa kukatakan padanya
“Jangan kau beritahu siapa-siapa, ini rahasia kita”
Angin Setuju sambil lalu
Namun aku kecewa
Angin tetap saja Angin, dia ceritakan duka ku kepada daun-daun
Parahnya lagi!
Daun-daun it terus menari dan menertawakan aku
Tak seharusnya aku cerita pada angin
Karena Allah lebih siap untuk keluh kesahku.


Aku bercerita pada Awan putih
Tentang kebahagiaan dan cita-citaku
Dia bilang “Kejar cita-citamu sampai menyusulku,Tinggi!”
Tak lupa kukatakan padanya
“Jangan Bilang siapa-siapa, ini rencana kita”
Awan menganguk dan tersenyum
Kali ini aku kecewa kembali
Awan berubah pikiran dia jadi hujan
Dia cerikan kebahagiaan dan cita-citaku pada penghuni bumi
Parahnya lagi!
Jalanan licin, membuat kakiku tak berjalan stabil
Bahkan jejak kaki di tanah basah it uterus membekas
Tak seharusnya aku cerita pada awan
Karena Allah lebih tepat untuk ungkapan syukur.

Selengkapnya..
Author: ira
•9:45 PM

Sahabat lebih dari teman
Bukan berarti saudara
Sabahat lebih sakadar keduanya

Sahabat bukan seseorang yang selalu bilang “YA KAMU BENAR’
Tetapi Seseorang yang sanggup berkata”KAMU SALAH”
Dan berdiri tegak antara keduanya

Sahabat tidak mengisi sebagian jiwa
Tetapi meresap hingga seluruhannya
Turut mewarnai hari dan malam yang kita miliki
Dan menjadikan keduanya lebih bermakna di mata Sang Penata Jagad Raya

Sahabat ialah separuh jiwa kita yang lain
Yang jika kita berbagi duka
Duka itu berkurang ½ nya
Yang jika kita berbagi Suka cita
Suka cita itu menjadi 2X lipat
Dan menyatukan satu dan keduanya.

Selengkapnya..
Author: ira
•9:25 PM

Milikku luka ini
Tadi pagi aku terjatuh
Sakit.....
Berdarah......
Pedih......
Menangis......

Biarlah waktu membalutnya
Biarlah angin menerbangkan dedaunan gugur di jalanku tadi
Biarlah dingin udara menyelimuti tidurku malam ini
Hingga bermimpi
Hingga pagi kembali....

Selengkapnya..
Author: ira
•9:06 PM


Kisah ini terjadi pada awal kuliahku, zaman jahiliyah aku menyebutnya. Aku masih seneng pake jeans, kemeja, lengkap dengan tas butut kesayangan. Cuek bebek. Aku sering ketinggalan gosip-gosip temen seangkatan. Meniru kata temenku, “Ira mah, telat……”. Satu hal yang pasti aku ga bisa bisik-bisik jarak jauh, membaca bahasa bibir. Bibir kok dibaca kayak tulisan aja. Kalau kata temen-temen ku itu indikasi aku kurang peka.

Kuliah menurutku menyenangkan asal jangan mata kuliah Perpajakan, kalau itu aku langsung bilang, kuliah BeTe, abis dosennya Galak BeGeTe, terus suruh ngisi eS Pe Te, menyebalkan!? Apa lagi hari itu kuliah perdana usai Lebaran, hari hujan pula, Komplit sih alasan untuk bolos, tapi ada hal yang membuatku excited untuk tetep kuliah, aku habis potong poni Saudara-saudara!. Poni ala Nia Dinata tapi kependekan, he…he… bukan tambah cantik dheh,tapi tambah nonong! Ah, bodo’ amat EGP. Apapun itu aku ingin tau reaksi temen-temenku yang lucu.

Hari itu nunggu bis agak lama maklum hujan, sekalinya dateng bis penuh sesak karena udah kesiangan aku nekad naik, jadi tarzan dheh… bergelantungan sepanjang jalan. Pasti banyak copet nih. Pikirku. Tapi aku selamat sampai tujuan tanpa halangan suatu apapun kecuali masih hujan rintik-rintik. Aku jalan dari halte kampus ke FE pake payung. Tumben-tumbenan… Manis banget kan?

Sampai di depan kelas aku udah telat, wah bisa disuruh nutup pintu dari luar alias ga boleh masuk nih, dengan hati dak! Dik! Duk! Dong! Aku masuk, Bapak dosen menatap dengan mata sinis, aku ketakutan tapi beruntung aku boleh masuk. Kulayangkan pandangan mengitari kelas bangku belakang udah penuh, tinggal bagian depan, ya apes duduk depan. Teman di sampingku mulai senyum-seyum menatap wajahku tepatnya poniku.
“Ah, diam nanti Singa ngamuk kalau kita ribut” ujarku.
“ternyata Lu Nonong juga, he..he..” kata temenku sambil nyengir.
“Udah, tu dah mau mulai kuliah…., sambil kulihat bapak dosen yang galak.

Aku terus nunduk. Temen-temen berbisik, ira rambut baru, ada yang bilang lucu, kayak Nia Dinata salah potong rambut, ada yang bilang tambah jelek dan tak seorang pun yang bilang bagus. Aku pura-pura ga denger, tetep nunduk icak-icak baca buku. Absensi sampai di tempatku. Aku serius mencari namaku di daftar peserta kuliah, kemudian tanda tangan, terdengar Bapak dosen membuka kuliah,
“Assalamu’alaikum……”
Dengan lantang aku menjawab “Waalaikumsalam Warohmatullah”
Seketika aku mendongak karena hanya aku yang menjawab salam, bersamaan sorak dan tawa pecah sejenak. Ternyata Dosen kami nelpon pengurus gedung untuk bawain LCD ke kelas.

Mukaku pucat, aku ketakutan. Pikiran ku menduga-duga aku pasti dimarahi, udah dateng telat bikin gaduh, atau aku dituduh melecehkan Dosen. Aku takut setengah mati.
Sebagian kecurigaan temen-temen kalau aku ga peduli lingkungan terbukti. Andai saja aku dengerin kata ibu kalau aku tuh ga cocok pake poni, pasti tadi aku ga nunduk, atau aku peduli apa yang sedang terjadi di kelas dan melihat Bapak dosen menelpon. Ah! Sudahlah!

Selengkapnya..
Author: ira
•9:18 PM

Seorang anak muda sedang bersedih, dia merasa hidupnya tidak beruntung, apa yang dia harapkan selalu tidak kesampaian, dia merasa Tuhan tidak menghendaki dirinya untuk bahagia.


Tapi sejak ia bertemu seorang kakek tua bijaksana dia tidak murung lagi, kakek itu mengatakan penderitaan dan kesedihan tidak ubahnya segenggam garam dengan kapasitas kepahitan yang hanya segenggam pula.


Kakek bijaksana menunjukan sebuah percobaan dengan mencampur segenggam garam ke dalam sebuah gelas, lalu mengaduk dan meminta anak muda itu untuk meminum airnya.
"bech! bech!.... Pahit kek?
Kakek terkekeh lalu berkata " Ayo, aku tunjukan satu hal yang lain"
kakek berjalan menuju telaga bening dengan teratai indah di sekelilingnya, lalu menceburkan segenggam garam lagi, mengaduknya dengan sebilah kayu, sejurus kemudian kakek mengambil air telaga dan meminta anak muda minum air kembali,
"gimana?" tanya kakek
"Segar Kek" jawab cepat anak muda

Begitulah pendirataan adanya, jika hati kita sempit tentu penderitaan kecil akan sangat berat dirasa, namun jika hati kita lapang penderitaan tidak akan mengubah kenikmatan yang disampaikan Tuhan kepada kita melalui penderitaan.

'"

Selengkapnya..