•2:26 AM
Pelangi, entah berapa lama aku habiskan waktu menanti lengkungan balok warna-warni, merah, jingga, kuning, hijau, biru, ungu. Aku akan sabar menantinya, karena sekarang musim kemarau, dan tidak ada pelangi saat kemarau. Aku tahu benar itu, karena pelangi baru muncul seusai hujan turun.
Pada sore yang yang langitnya jingga, dan angin pun tenang, awan telah menjadi mendung, pekat sangat, sedang matahari mengintip merah dibalik cakrawala. Aku berharap hujan turun cepat, sebelum gelap.
Hujan riang, menyapa alam, mengoda debu, berjinjit di atap, membasahi batu, tapi hujan turun terlambat, malam telah merapatkan selimutnya. Dunia telah tidur lelap. Aku mengintip ke luar jendela dari kamarku yang senyap, tak ada bintang, tak ada bulan, apa lagi pelangi, aku tahu kini pelangi juga tak muncul malam hari, dan aku kecewa.
Pada sore yang yang langitnya jingga, dan angin pun tenang, awan telah menjadi mendung, pekat sangat, sedang matahari mengintip merah dibalik cakrawala. Aku berharap hujan turun cepat, sebelum gelap.
Hujan riang, menyapa alam, mengoda debu, berjinjit di atap, membasahi batu, tapi hujan turun terlambat, malam telah merapatkan selimutnya. Dunia telah tidur lelap. Aku mengintip ke luar jendela dari kamarku yang senyap, tak ada bintang, tak ada bulan, apa lagi pelangi, aku tahu kini pelangi juga tak muncul malam hari, dan aku kecewa.
Isi Hati
|
2 comments:
biarpun dia tak datang malam hari, keindahannya tetap terasa.
@ Lili : iya mbak, tapi aku kecewa :(