Siapa yang senang jika ada pengamen di bus kota? Ah, ku kira cuma segelintir orang yang senang atau bahkan tidak ada, yang sebel banyak. Tidak peduli mungkin mewakili bebeorapa orang termasuk aku.
Beberapa hari yang lalu aku naik bus Panjang-Rajabasa, sungguh hari yang terik beruntung aku dapet tempat duduk, di antara penumpang yang berdiri, aroma parfum campur aduk dengan bau keringat membuat kepala pusing, ditambah lagi asap dari puntung mematikan beberapa kaum lelaki yang tetap asyik merokok.
Bus terus melaju cepat, menyalip beberapa kendaraan di depannya, tak peduli walau harus lewat di badan jalan, Dasar sopir Batak, gerutu ku dalam hati. Bus berhenti di Lampu merah Way Halim, beberapa penumpang turun, tetapi banyak yang naik ditambah seorang pengamen.
Keadaan bus tambah sesak, namun pengamen tetap memulai aksinya….. suara yang bagus pikirku. Harusnya dia ikut audisi di TV2. aku masih terus menunduk sampai akhirnya ada tangan di depanku sembari membunyikan uang recehan. Karena suara pengamennya bagus dan tangan dengan uang recehan itu tak enyah dari hadapanku. Kok maksa sih … pikirku sambil mengeluarkan uang receh 500 rupiah. Tapi aku mendongak dengan cepat sesaat orang tadi bilang:
“Apa-apaan ni mbak, ongkosnya Rp.2.500,
Aha.. ternyata dia kondektur bus bukan pengamen, dan aku memang belum bayar ongkos.
•10:17 PM
This entry was posted on 10:17 PM and is filed under
Unforgetable Moment
. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
4 comments:
waduh... mbak sumi... bikin mas kondektur marah. awas lho besok dilamar, hwahaha... :-D
> azkia: Dilamar?? ya ga lah... Orang Mas kondekturnya malah ketawa pas tak bilang, "Kirain Pengamen"
haha...hwahaahaa
aqu hanya ingin tertawa.hwahahaha
>Aciko: Ketawa aja,jangan berlebihan ya....