Pada siang yang matahari-Nya siap memeluk mimpi
dan burung-burung gelatik hinggap bisu pada ranting-ranting tanpa daun
ku kabarkan padamu,
“rinduku tak lekas lalu”
Mungkin karena aku masih selalu melewati danau hijau itu
Tempat aku minum, menebus dahaga ilmu,
sekali waktu kau pernah berujar
“lekaslah memancing ikan-ikan kecil untuk bekal diri”
Atau karena mimpi ditidurku yang sedikit,
Setelah kunang-kunang menyulam malam di pelupuk mata
Entahlah…..
Tapi aku tak pernah duduk di tempat ku dulu,
Waktu takkan sanggup bawaku ke sana,
Aku hanya memandang pohon yang kian tinggi, tanpa daun apalagi buah
“Rasanya nyeri karena terlalu rindu”
Tunggu aku, bila masa nanti membawaku kembali ke danau hijau itu
Akan ku kabarkan pada tunas-tunas kecil yang kian tumbuh di sana
“Bahwa di danau itu ada cintaku yang biru”
Natar,11/03/09
•4:14 AM
puisi
|
This entry was posted on 4:14 AM and is filed under
puisi
. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
0 comments: