•5:41 PM
Saat kecil aku miliki teman bermain, mungkin saat itu aku belum pernah mendengar kata sahabat, karena aku menyebut temanku dalam bahasa jawa –konco-- yang artinya teman. tapi sejatinya ia adalah sahabat, aku tahu itu, karena saat ia pindah rumah tak terbendung air mataku menyambut jabat tangan terakhirnya, saat itu aku belum sekolah, kira-kira usiaku lima tahun, tapi aku merasa bahwa kami akan berpisah, kami tidak akan bermain bersama lagi, menangkap capung saat mendekati adzan magrib di pelataran rumah, kabur diam-diam dari ibu kami masing-masing untuk main hujan dipancuran air, atau pergi mengaji bersama lagi, dan aku tak ingin perpisahan itu terjadi.
--apa kau tahu rasa di hatiku saat itu? Nyeri, berdesir, sedih, rasa kehilangan, lalu saat ku susut air mata dengan punggung tangan, ku hela nafas dalam-dalam, saat ku tatap wajah sahabatku, ku lihat gurat kehilangan pada tatapan mata yang bekaca-kaca, senyum tipis mengembang di bibirnya, seolah dia berpesan, “lain waktu, entah kapan, jika kita dewasa nanti, kita akan jumpa lagi, kawan” lalu rasa itu hadir lagi lebih kuat beberapa kali lipat--
Aku memeluk boneka berdiri merapat di samping ibuku, tak ada kata yang aku ucapkan, hanya Bapak dan ibuku yang masih terus berbincang dengan Ayah dan Ibu sahabatku, mungkinkah para orang tua kami tahu apa yang kami rasakan, apa mungkin mereka juga merasakan hal yang sama?
Aku memperhatikan sahabatku naik mobil bersama Ayah ibunya, saat ia telah duduk di dalam kepalanya keluar dari kaca jendela mobil yang dibuka lebar, lalu ia melambaikan tangan, ku balas lambai tangannya dan jarak akhirnya mengembang, kini aku benar-benar merasa kehilangan. Selamat Jalan Sahabat, lirihku sedih, dan sampai kisah ini ku tulis aku belum pernah bertemu sahabat kecilku ini.
***
Sahabat adalah orang yang dikirimkan Tuhan untuk menjadi tempat berbagi dalam hidup kita.Dialah orang yang memiliki rumus matematika ajaib, karena seorang sahabat mampu menambah suka cita, mengurangi duka, melipatgandakan semangat dan membagi kesedihan, sungguh rumus yang hanya dimiliki sahabat.
Setiap fase perjalan hidupku aku menemui sahabat yang luar biasa, setiap hal menjadi lebih menarik, lebih berwarna, dan lebih mengesankan ketika ada sahabat disetiap hal yang ku lewati, tak jarang kebahagian menjadi begitu mengharu biru, saat sebuah masalah dapat aku lewati berkat motivasi dan semangat yang diberikan seorang sahabat, dan yang sering tak dapat kulupakan adalah masalah pada masa yang lewat adalah lelucon, tak terasa getirnya sama sekali, walau tak melupakan pelajarannya.
Aku pernah mendengar sebuah ucapan bijak,--Sahabat adalah orang yang menggambarkan diri kita yang terangnya melebihi terangnya siang— menurutku ucapan bijak ini benar, karena biasanya seseorang akan mengikuti perbuatan sahabatnya, karenanya menjadi orang yang pemilih dalam hal sahabat ku kira bukan hal buruk.